Jakarta, CNN Indonesia -- Tak banyak film Indonesia yang menceritakan tentang politik, apalagi konspirasi. Sedangkan Hollywood sudah banyak film yang menceritakan tentang Gedung Putih yang diserang ataupun dikontrol oleh segolongan orang jahat.
Ide ini lantas coba diwujudkan oleh Hanung Bramantyo dan Rahabi Mandra melalui karya terbaru mereka, 2014.
Hanung menggaet aktor kawakan Ray Sahetapi, Rudy Salam, Donny Damara, dan Donna Harun. Ia juga menggandeng pasangan Rio Dewanto dan Atiqah Hasiholan, serta pendatang baru Rizky Nazar dan Maudy Ayunda untuk berperan dalam film ini.
2014 menceritakan kisah seorang Ricky Bagaskoro (Rizky Nazar) yang berjuang mencari keadilan dan membuktikan sang ayah, Bagas Notolegowo (Ray Sahetapi) tidak bersalah atas tuduhan pembunuhan.
Bagas adalah salah satu kandidat calon presiden dalam Pemilu yang digelar tahun 2014 lalu. Sosok Bagas dianggap sebagai politisi bersih yang memiliki visi untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik.
Namun, liciknya permainan dan intrik politik menjebak Bagas dalam kasus pembunuhan menteri keuangan serta terancam gagal mewujudkan impiannya membenahi negeri.
Ricky sendiri sebenarnya tidak menyukai kegiatan politik. Namun ia memiliki rasa keadilan yang tinggi, berusaha mencari bukti untuk membebaskan sang ayah dari tuduhan tersebyt. Ia memohon kepada pengacara handal nan pintar Krishna Dorojatun (Donny Damara) untuk membela ayahnya.
Berkat kecerdasan Ricky, Krishna akhirnya luluh dan bersedia membantu membebaskan Bagas. Bahkan Krishna rela terancam masuk dalam permainan kotor politik. Kerjasama Krishna dan Ricky ini akhirnya menuntun sang pemuda untuk bertemu dengan Laras (Maudy Ayunda).
Liciknya sistem politik dan buruknya hukum negeri ini juga menyeret pihak kepolisian dalam konspirasi ini. Pun tidak terkecuali Iptu Astri (Atiqah Hasiholan) yang menangani kasus Bagas. Ia harus berhadapan dengan pembunuh berdarah dingin, Satria (Rio Dewanto).
Mungkin 2014 bukanlah film pertama yang menceritakan politik ataupun kasus drama pembunuhan. Namun dengan ide yang ditawarkan oleh Hanung dan Rahabi dapat menjadi sesuatu yang segar di tengah hiruk pikuk film Indonesia.
Pertama, Hanung dan Rahabi fokus pada cerita utama, politik. Mungkin terdengarnya berat dan menjemukan, namun mereka dapat membungkusnya dengan cukup ringan tanpa kehilangan intrik dan plot utamanya.
Ada beberapa hal yang patut diapresiasi dari film ini. Pertama, Hanung dan Rahabi tidak menjual cinta remaja Ricky dan Laras. Kisah cinta mereka hanya dijadikan sebagai bumbu manis dalam bungkus utama urusan politik ini.
Kedua, 2014 menawarkan adegan demi adegan yang mengajak penonton untuk lebih kritis atas kondisi negeri. Walaupun sosok Bagas seperti utopia di era kini, namun tindakan Ricky yang berani bertindak atas nama kebenaran patut menjadi contoh bagi anak muda Indonesia.
Ketiga, walaupun tidak seseru pertarungan ataupun laga dalam The Raid, 2014 cukup menawarkan adegan-adegan laga dan aksi yang unik. Seperti ketika melihat Atiqah Hasiholan bertempur melawan suaminya sendiri, Rio Dewanto. Sayang, dalam adegannya terlihat Rio tidak tega melawan Atiqah. Padahal seharusnya ia berperan sebagai pembunuh yang sadis.
Meski memiliki ide cerita dan kualitas pemain yang baik. Namun ada beberapa hal yang terasa membuat durasi selama kurang lebih 120 menit terasa sangat lama.
Kedalaman cerita rasanya sebenarnya masih dapat digali lebih dalam. Kisah segolongan orang yang mengatur negara ini dapat dibuat lebih mendalam dan provokatif dengan data dan alur logis yang baik sehingga membuat cerita menjadi lebih menantang.
Lebih kurangnya dalam film ini, pesan yang dibawakan oleh Hanung dan kawan-kawan cukup menjadikan film ini menjadi pertimbangan Anda ketika ingin menonton film Indonesia yang temanya tidak melulu soal cinta. (chs)
Ide ini lantas coba diwujudkan oleh Hanung Bramantyo dan Rahabi Mandra melalui karya terbaru mereka, 2014.
Hanung menggaet aktor kawakan Ray Sahetapi, Rudy Salam, Donny Damara, dan Donna Harun. Ia juga menggandeng pasangan Rio Dewanto dan Atiqah Hasiholan, serta pendatang baru Rizky Nazar dan Maudy Ayunda untuk berperan dalam film ini.
2014 menceritakan kisah seorang Ricky Bagaskoro (Rizky Nazar) yang berjuang mencari keadilan dan membuktikan sang ayah, Bagas Notolegowo (Ray Sahetapi) tidak bersalah atas tuduhan pembunuhan.
Bagas adalah salah satu kandidat calon presiden dalam Pemilu yang digelar tahun 2014 lalu. Sosok Bagas dianggap sebagai politisi bersih yang memiliki visi untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik.
Namun, liciknya permainan dan intrik politik menjebak Bagas dalam kasus pembunuhan menteri keuangan serta terancam gagal mewujudkan impiannya membenahi negeri.
Ricky sendiri sebenarnya tidak menyukai kegiatan politik. Namun ia memiliki rasa keadilan yang tinggi, berusaha mencari bukti untuk membebaskan sang ayah dari tuduhan tersebyt. Ia memohon kepada pengacara handal nan pintar Krishna Dorojatun (Donny Damara) untuk membela ayahnya.
Berkat kecerdasan Ricky, Krishna akhirnya luluh dan bersedia membantu membebaskan Bagas. Bahkan Krishna rela terancam masuk dalam permainan kotor politik. Kerjasama Krishna dan Ricky ini akhirnya menuntun sang pemuda untuk bertemu dengan Laras (Maudy Ayunda).
Liciknya sistem politik dan buruknya hukum negeri ini juga menyeret pihak kepolisian dalam konspirasi ini. Pun tidak terkecuali Iptu Astri (Atiqah Hasiholan) yang menangani kasus Bagas. Ia harus berhadapan dengan pembunuh berdarah dingin, Satria (Rio Dewanto).
Mungkin 2014 bukanlah film pertama yang menceritakan politik ataupun kasus drama pembunuhan. Namun dengan ide yang ditawarkan oleh Hanung dan Rahabi dapat menjadi sesuatu yang segar di tengah hiruk pikuk film Indonesia.
Pertama, Hanung dan Rahabi fokus pada cerita utama, politik. Mungkin terdengarnya berat dan menjemukan, namun mereka dapat membungkusnya dengan cukup ringan tanpa kehilangan intrik dan plot utamanya.
Ada beberapa hal yang patut diapresiasi dari film ini. Pertama, Hanung dan Rahabi tidak menjual cinta remaja Ricky dan Laras. Kisah cinta mereka hanya dijadikan sebagai bumbu manis dalam bungkus utama urusan politik ini.
Kedua, 2014 menawarkan adegan demi adegan yang mengajak penonton untuk lebih kritis atas kondisi negeri. Walaupun sosok Bagas seperti utopia di era kini, namun tindakan Ricky yang berani bertindak atas nama kebenaran patut menjadi contoh bagi anak muda Indonesia.
Ketiga, walaupun tidak seseru pertarungan ataupun laga dalam The Raid, 2014 cukup menawarkan adegan-adegan laga dan aksi yang unik. Seperti ketika melihat Atiqah Hasiholan bertempur melawan suaminya sendiri, Rio Dewanto. Sayang, dalam adegannya terlihat Rio tidak tega melawan Atiqah. Padahal seharusnya ia berperan sebagai pembunuh yang sadis.
Meski memiliki ide cerita dan kualitas pemain yang baik. Namun ada beberapa hal yang terasa membuat durasi selama kurang lebih 120 menit terasa sangat lama.
Kedalaman cerita rasanya sebenarnya masih dapat digali lebih dalam. Kisah segolongan orang yang mengatur negara ini dapat dibuat lebih mendalam dan provokatif dengan data dan alur logis yang baik sehingga membuat cerita menjadi lebih menantang.
Lebih kurangnya dalam film ini, pesan yang dibawakan oleh Hanung dan kawan-kawan cukup menjadikan film ini menjadi pertimbangan Anda ketika ingin menonton film Indonesia yang temanya tidak melulu soal cinta. (chs)
sumber: http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150217043156-220-32640/2014-film-drama-politik-berbau-konspirasi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar