Rabu, 23 November 2016

SINOPSIS The Legend of Blue Sea Episode 2 Bagian 2

SINOPSIS The Legend of Blue Sea Episode 2 Bagian 2
sumber: https://drama-favorite.blogspot.co.id/2016/11/sinopsis-legend-of-blue-sea-episode-2_18.html
Sumber gambar dan konten: SBS


Pintu berhasil dibuka, namun gerombolan yang mengejar Joon Jae malah terkejut dengan adanya bom disana. Reflek, mereka merunduk ketakutan dan penghitung mundur bomnya terus berjalan.

Tapi bom itu cuma palsu, hanya alarm biasa yang langsung berbunyi ketika waktunya habis.
Saat memeriksa balkon, ada bekas kain yang disambung - sambung untuk kabur oleh Joon Jae.


Terjadilah kejar – kejaran diantara mereka. Joon Jae terus menggenggam tangan Shim Chung ketika pengejaran itu, Shim Chung sendiri tampak tak kelelahan dan menikmati pelarian ini. Dia tersenyum menyaksikan laut biru yang indah.

Dan ketika sampai ke gang kecil, mereka berdua hampir tertangkap oleh gerombolan tersebut. Tapi dengan entengnya Shim Chung mengibasnya dan orang itu pun langsung terpental jauh dibuatnya.



Mereka berdua menemukan sepeda dan Joon Jae langsung mengajaknya berboncengan. Keduanya tampak seperti tidak dalam pengejaran, Shim Chung terus tersenyum, melambaikan tangan pada orang dijalan tanpa beban.

Ia juga sempat memetik bunga kemudian menyisipkannya ke saku Joon Jae.

Gerombolan itu juga berhasil menemukan sepeda dan langsung mengejar Joon Jae. Tapi dengan sekali dorongan ringan Shin Chung, mereka langsung terbanting dari sepedanya. 
“Sumimasen.” Ucap Shim Chung meminta maaf dalam bahasa jepang.


“Apa kau tak apa – apa?” tanya Joon Jae. Dia sempat khawatir kalau gerombolan tersebut berhasil mengejar mereka tapi nyatanya mereka kalah cepat. Yang jelas, ini semua berkat dirinya sehingga mereka tak berhasil mengejar. Kalau pria lain, pasti mereka sudah tertangkap.

Rupanya dari tadi Joon Jae tak tahu kalau sebenarnya Shim Chung yang sudah menyingkirkan orang – orang itu. Shim Chung dengan polos mengedipkan mata, mengiyakan ucapan Joon Jae.

Mereka berdua hampir terjatuh karena tiba – tiba menemui tangga diujung jalan. Reflek, Shim Chung turun dan memegangi sepeda sehingga Joon Jae tak terjatuh. Joon Jae pun langsung melanjutkan pelarian mereka dengan menuruni tangga namun beberapa orang preman sudah menunggunya dibawah.

Ia langsung menarik Shim Chung kepojokan dan menunggunya disana selama ia berkelahi.

Joon Jae sibuk untuk berkelahi dengan tiga preman yang menghadangnya. Tanpa diketahuinya, dibelakang mereka juga ada gerombolan yang lebih banyak datang kesana. Shim Chung pun langsung berlari menghampiri mereka dan hampir terbang saat mengarahkan tendangan.


Dengan kung fu yang ia pelajari semalam lewat film Bruce Lee, ia menendang mereka dengan kencang sampai mereka melayang ke udara.

Lucunya, disini Shim Chung berkelahi dengan penuh tenaga dan membuat lawannya tak bisa berkutik. Joon Jae berkelahi dengan ala kadarnya dan cukup kesulitan untuk mengalahkan ketiga orang itu.


Joon Jae menunjukkan kepalan tangannya setelah berhasil mengalahkan preman dengan bangga. Tanpa ia sadari, dibalkon banyak preman yang tersangkut setelah ditendang oleh Shim Chung.

Bos preman itu datang dan mengarahkan pistolnya pada Joon Jae. Joon Jae sigap mengeluarkan korek api kemudian menyalakannya untuk hipnotis “Turunkan pistolmu..”

Bos itu perlahan menurunkan pistolnya tapi dia cuma bersandiwara, apa kau mau mati? Joon Jae sudah menduga kalau bos tetaplah bos, mentalnya juga kuat rupanya. Bos itu berkata kalau seandainya dia menembak Joon Jae disini, polisi Eropa akan datang dan membuat situasi menjadi rumit.

“Aku tak suka kalau situasi tambah rumit. Aku ingin sewajarnya saja.” Ucap Joon Jae patuh.


Mereka membawa Joon Jae menuju ke mobil dan membawanya pergi. Shim Chung kebingungan dan berusaha mengejarnya tapi Joon Jae membuat isyarat supaya dia tak mengejarnya lagi.

Tapi Shim Chung tampak sangat kehilangan.


Untungnya Shim Chung tidak mendengarkan perintah Joon Jae dan mengejarnya menggunakan sepeda. Preman itu terkejut dengan kecepatan sepeda Shim Chung yang bisa mensejajari mobil mereka.

Joon Jae menggunakan kelengahan mereka sehingga ia bisa melepaskan ikatan tangannya.

Shim Chung menghadang mereka dan bos memerintahkan anak buahnya untuk menabraknya saja. Tapi Joon Jae langsung bertindak, ia mengambil alih stir mobil dan membelokkan arahnya hingga menabrak telfon umum.

Ia langsung menerobos keluar dari mobil sambil membawa pistol yang berhasil ia dapatkan dari mereka. Joon Jae melompat ke arah boncengan sepeda Shim Chung dan kabur meninggalkan mereka yang mengejarnya dengan berlari.

Dia kemudian mengajak Shim Chung untuk berhenti disebuah taman labirin. Dia membanggakan dirinya sendiri, kalau nanti ada preman tadi maka berbelok lah dan berlari apapun yang terjadi. Biar dia yang menghadapinya.

Tak lama setelah itu, Shim Chung melihat gerombolan preman yang berada dibelakang mereka. Ia pun mengikuti ucapan Joon Jae untuk berbelok dan berlari apapun yang terjadi. Ia belari ke arah mereka dan menerjangnya.

Joon Jae tak tahu kalau dia cuma sendirian, ia masih terus ngoceh tentang dirinya sendiri. Dia bisa bertarung berbagai macam cara, menendang dari kiri dan kanan.. tapi saat menoleh ia baru sadar kalau Shim Chung menghilang.

Setelah beberapa saat berlalu, akhirnya ia bisa menemukan Shim Chung sendirian dengan rambut penuh dedaunan. Shim Chung meraih tangannya dan membimbing Joon Jae keluar dari taman labirin.


“Bagus.” Ucap Joon Jae memuji Shim Chung yang berhasil membawanya keluar dari labirin. Ia kemudian membersihkan rambut Shim Chung yang penuh dengan dedaunan. Mengambilnya satu persatu.

“Ayo..” Joon Jae kembali menggenggam tangan Shim Chung.


Sesampainya di keramaian, Shim Chung penasaran dan ikut nimbrung anak – anak mengantri es krim. Joon Jae memperhatikannya dari kejauhan sambil tersenyum. Penjual pun melayaninya dan memberikan satu cup es krim dan meminta bayaran lima euro.

Shim Chung yang tak tahu apa – apa pun ngeloyor pergi begitu saja. Penjual menahannya untuk meminta bayaran dengan kasar.

Joon Jae tak terima, bagaimana bisa dia begitu? Ia langsung melepaskan tangan si penjual dan berniat membayar 5 euro dengan percaya diri. Tapi celakanya saat ia merogoh saku, uangnya tak ada sampai segitu.

“Bisa tukar es krimnya dengan ukuran kecil?” tanya Joon Jae berubah ramah. Maaf, ucapnya sambil mengajak Shim Chung pergi. Penjual ngedumel terus sampai mereka pergi, menyusahkan saja!


Saat Shim Chung menikmati waktunya makan es krim, Joon Jae menghubungi seorang temannya disana untuk meminta bantuan karena kartu kreditnya tak bisa digunakan.


Keduanya pun pergi ke sebuah gereja tepi pantai dimana teman Joon Jae berada (Cameo Ahn Jae Hong). Dia memperkenalkan Joon Jae sebagai seorang pastur yang menjadi relawan untuk penyelamatan gajah.

Semua orang kagum karena menjadi relawan adalah sebuah tugas sulit.

“Karena Tuhan telah memberiku pekerjaan, aku melayani dengan hati penuh syukur.” Ujar Joon Jae bijak.

Ia kemudian memperkenalkan Shim Chung sebagai istrinya. Istrinya baru mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu dan kesehatannya belum pulih. Dia syok, dia terkena aphasia dan tidak bisa bicara.

Joon Jae bersandiwara dengan wajah memelasnya “Kapan aku bisa mendengar suara istriku?”

Tanpa jeda, tiba – tiba Shim Chung bicara “Halo. Senang bertemu denganmu. Cuacanya cukup panas juga, ya.”

Sontak suasana jadi canggung, mereka semua melongo heran.


Joon Jae membawa Shim Chung keluar untuk menanyakan apa yang terjadi. Apa lidahnya baru saja mendapatkan mukjizat?

“Bukankah kau bilang kau ingin mendengar suaraku.” Ucapnya malu. Kemudian ia menanyakan makna kata “istri”. Apa itu?

“Bukan apa-apa. Itu artinya teman. Teman. Tapi apa - apaan kau ini? Kau bisa berbicara selama ini tapi kenapa baru sekarang?”

Shim Chung mengaku kalau ia belajar dari kotak yang diberikan oleh Joon Jae kemarin. Rupanya dia kemarin juga mendengarkan video yang mempelajari bahasa korea dan dia menyerapnya semua ajaran itu.


Ia kemudian menatap ke kedua bola mata Joon Jae. Joon Jae keheranan, apa yang sedang kau lihat?

“Tinta dalam bola matamu... bersinar.”

Narsis dalam diri Joon Jae langsung muncul ke permukaan. Bola matanya.. iya.. dia tahu kalau bola matanya memang cantik sejak dulu. Bahkan ibu sering kesulitan membawanya keluar karena orang – orang selalu ingin menyentuh atau memeluknya.

Tapi kata – kata yang digunakan Shim Chung salah. Bukan bola mata tapi mata.. bukan tinta tapi “pupil”.


Oh ya ampun, ternyata teman Joon Jae, “Pastur Thomas” itu juga sama – sama seorang penipu dari Mensa Club. Dia senang bisa membantunya tapi semua itu tak gratis dan ada harganya.

“Apa yang kau inginkan?”

Jadi Thomas ini akan melakukan penipuan pada jemaah gereja, akan ada seorang perempuan yang mengaku mendapatkan keuntungan dari Trader David Mcdouglas setelah bekerja sama dengannya. Lalu orang – orang akan bertanya tentang Pedagang David itu, sudah ada penipu yang akan mengaku sebagai David Mcdouglas.


“Jadi? Kau mau aku berbuat apa?” tanya Joon Jae.

Tugas Joon Jae adalah menyanyikan sebuah lagu yang bisa menghilangkan kerasionalan seseorang dan menyentuh perasaan.


Akhirnya Joon Jae pun menyanyikan lagu dengan gitar seperti yang telah di instruksikan dan membuat semua orang tersentuh akan penampilannya.

Malam harinya, Pastur menunjukkan sebuah kamar untuk tempat mereka bermalam. Shim Chung mengaku kalau dirinya kehausan dan Joon Jae pun menunjukkan sebuah dispenser yang terletak tak jauh dari mereka.


Pastur ikut senang karena istrinya mulai bisa berkomunikasi dengan dunia kembali. Joon Jae mengiyakan minta didoakan agar istrinya bisa segera pulih, kemudian menoleh ke arah Shim Chung tapi ternyata Shim Chung sedang meminum air galon langsung dari botol galonnya.

“Aku tadi minta istriku didoakan tapi sepertinya dia sudah sehat.” Ucapnya.


Keduanya rebahan di kamar dengan ranjang yang berbeda. Tiba – tiba Shim Chung bertanya makna dari “cinta” dari lagu yang Joon Jae bawakan. Joon Jae menyebut cinta sebagai sesuatu yang berbahaya.

Shim Chung turun dari ranjangnya dengan penasaran, kenapa?

“Itu artinya kau menyerah. Itu adalah sebuah kekalahan.” Sebut Joon Jae.

Seandainya seseorang jatuh cinta.. dia akan mempercayai kata – kata orang yang dicintainya. Itu sangat berbahaya “Jadi menurutmu apakah kau boleh mengatakan cinta pada seseorang?”

“Aku mencintaimu.” Ungkap Shim Chung enteng.

Ucapannya membuat Joon Jae tertegun sesaat sebelum akhirnya berteriak, memperingatkan supaya tak mengatakan itu.

“Aku lapar..” keluh Shim Chung kemudian.


Sambil menemani Shim Chung makan mie, Joon Jae berfikir kalau dia pasti mengalami amnesia. Ia memintanya untuk menatap matanya. Dia menggunakan hipnotisnya dan meminta Shim Chung memikirkan tentang orangtuanya lalu menyalakan korek api didepan wajahnya.

Tapi Shim Chung malah tanya, orang tua itu apa?

Orangtua adalah ayah dan ibu yang melahirkan Shim Chung. Shim Chung pikir ia tak memilikinya. Yah.. Joon Jae membenarkan bahwa tak semua orang memiliki orangtua.

“Apa kau punya orang tua?”

Joon Jae mempunyai ayah tapi ia sudah tak menganggapnya. Ia berharap memiliki ibu, itulah yang membuatnya ingin pergi.

“Kemana?”

“Akhir dunia.”


Joon Jae kemudian tanya nama Shim Chung. Shim Chung mengaku kalau dirinya tidak memiliki nama. Hmmm.. Joon Jae menganggapnya memiliki banyak keanehan.

“Jika aku tak aneh dan punya nama. Aku bisa bersamamu sepanjang waktu?” tanya Shim Chung.

Bukan begitu maksud Joon Jae, menurutnya Shim Chung tak begitu aneh tapi dirinyalah yang lebih aneh. Tapi bagi Shim Chung, dia orang baik.

“Tau apa kau orang macam apa aku ini?”

Tangan.. sepanjang waktu Joon Jae menggenggam tangannya meskipun sebenarnya ia bisa meninggalkannya kapanpun “kau itu orang yang baik.” Ucapnya.

Joon Jae terdiam beberapa saat mendengar ucapan Shim Chung yang terdengar begitu tulus.

Semakin larut, namun Joon Jae belum bisa tidur juga. Ia masih memikirkan ucapan Shim Chung barusan. Ia menghampiri Shim Chun yang tertidur pulas kemudian memasangkan kembali gelang giok yang sempat ia ambil darinya.

“Aku sudah banyak mengambil milik orang lain dan melarikan diri berkali-kali.  tapi ini pertama kalinya aku akan mengembalikan apa yang telah kuambil. Baiklah. Kita akan pergi bersama.”

Bos Preman melihat peta kemudian berkata “Hercules”.

Digereja, Thomas memberikan ponsel dan uang untuk Joon Jae. Thomas kemudian PDKT dengan Shim Chung, dia adalah tipe idealnya. Ia akan menemuinya kalau pergi ke Seoul.

“Apa itu Seoul?”

Joon Jae dan Thomas tertawa karena mengira itu hanya candaan. Ia kemudian meminta nomor telfon Shim Chung tapi Joon Jae melarang dan mengajaknya untuk pergi.


Setelah pergi, Pastur menghampiri Thomas sambil mengucapkan terimakasih. Dia mengatakan bahwa Joon Jae yang telah memberikan uang tersebut untuk sumbangan sekolah. Sepertinya itu adalah keuntungan dari menipu semalam dan Joon Jae memberikan Pastur.

Thomas mewek dibuatnya karena uang hasil jerih payahnya menipu hangus “Jadi aku serius tidak bisa membunuh seorang musuh?”


Dalam perjalanan, Joon Jae menghubungi seseorang dan berbicara mengenai Thomas sambil menyinggung tentang Seoul.

“Kenapa semua orang bicara ingin bertemu di Seoul? Dimana Seoul?”

Seoul adalah tempatnya tinggal. Ia akan kembali ke sana dalam waktu dekat. Mendengar kata tempat tinggal membuat Shim Chung menatap ke arah laut kemudian memejamkan matanya.

Joon Jae pergi ke mercusuar hercules, tempat yang ia sebut sebagai akhir dunia. Shim Chung tak mengerti kenapa tempat ini disebut sebagai akhir dunia padalah lautan bermula dari sini.

Joon Jae teringat akan masa kecilnya dimana ia pergi ke tempat ini bersama ibunya. Ibunya menceritakan sebuah legenda tentang Ibu Hercules yang ingin menemui putranya tapi ia terasing ditempat ini. Warga yang merasa prihatian akhirnya membangun mercusuar dengan harapan agar hercules bisa mendatangi Ibunya dengan mengikuti pancaran cahaya mercusuar.

“Jadi? Apa Hercules berhasil menebukan ibunya?” tanya Joon Jae kecil.

Ibu tak bisa menjawab tapi katanya seseorang akan bertemu lagi jika mereka berpisah disini karena disini adalah akhir dunia. Meskipun disebut akhir dunia, tapi tempat ini adalah sebuah awal dari dunia lain.


Joon Jae menunjukkan namanya yang terukir pada batu, nama yang ia ukir sendiri disana. Sebuah kehormatan bagi Shim Chung karena tak banyak orang tahu kalau namanya adalah Heo Joon Jae.

“Jadi jika orang berpisah di tempat ini, mereka bisa bertemu lagi?”

Joon Jae pikir semua itu hanya kebohongan, selama ini dia belum juga bertemu dengan ibunya.

Kembali ke masa lalu, Joon Jae kecil menangis setelah kehilangan ibunya.  Seorang dengan setelah jas mengajaknya untuk pergi meninggalkan tempat itu. Ibunya meninggalkannya tanpa mengucapkan perpisahan, itulah kenapa ia membenci seseorang yang pergi tanpa mengatakan apapun.



Shim Chung melihat ada tulisan Heo Joon Jae batu tersebut. Joon Jae memeriksanya, ia tersenyum rupanya ibu telah meninggalkan salam perpisahan untuknya. Dia menulis “Heo Joon Jae, aku mencintaimu.”

“Berarti dia kalah? Dia menyerah?” tanya Shim Chun polos.

Joon Jae tertawa mengiyakan. Dia kalah dan telah menyerah.


Ketika mereka berniat pergi, gerombolan preman sudah menunggu mereka. Joon Jae mengeluarkan pistolnya tapi ternyata mereka semua malah membawa senapan. Tak ada pilihan lain, ia pun mengajak Shim Chung kabur.


Terjadi kejar – kejaran kembali sampai mereka terpojok dibibir karang. Ia pun memutuskan untuk menyerah dan menjatuhkan pistolnya. Ia mau bicara tapi paling tidak biarkan perempuan yang bersamanya pergi lebih dulu. Dia tak tahu apa – apa.

Kalau memang tak ada hubungan, kenapa mereka berdua selalu bersama?

Joon Jae menunjukkan gelang yang digunakan oleh Shim Chung. Gelang itu ia curi sehingga Shim Chung terus menempel padanya. Ia menyuruhnya pergi, “Pergi sana, sudah kukembalikan kan?”


Tapi Shim Chung menolak “Aku kan istrimu.”

Bos merasa dibodohi dan berniat menembaknya. Joon Jae masih terus mengelak dan memilih untuk menyerah ketimbang harus terjun ke air. Dia takut ketinggian. Shim Chung mengajaknya untuk terjun, kalau kena tembak malah akan mati seperti lumba – lumba.

Shim Chung melihat Bos sudah bersiap menembak.

Ia pun menarik Joon Jae untuk terjun meskipun Joon Jae ketakutan. Didalam air, ia pun kembali menjadi puteri duyung. Ia berenang menghampiri Joon Jae. Joon Jae membuka matanya dan melihat ekor ikan yang dimiliki Shim Chung, ia teringat akan ucapan Shim Chung, seandainya dia tak aneh dan memiliki nama, apakah ia bisa terus tinggal bersama Joon Jae?

Ia pun sadar akan makna ucapannya kemarin dan tepat ketika itu pula, Shim Chung menciumnya.
Epilog:

Shi Ah tengah berada dilaboratorium untuk memeriksa artifak yang ditemukan didalam laut. Ia terkejut saat menemukan adanya lukisan di vas yang tertutupi lumpur, lukisan seorang Puteri Duyung yang mencium seorang pria.


tunggu kelanjutannya yaaa....

2 komentar: