SINOPSIS The
Legend of Blue Sea Episode 2 Bagian 2
sumber: https://drama-favorite.blogspot.co.id/2016/11/sinopsis-legend-of-blue-sea-episode-2_18.html
Sumber gambar dan konten: SBS
Pintu
berhasil dibuka, namun gerombolan yang mengejar Joon Jae malah terkejut dengan
adanya bom disana. Reflek, mereka merunduk ketakutan dan penghitung mundur
bomnya terus berjalan.
Tapi
bom itu cuma palsu, hanya alarm biasa yang langsung berbunyi ketika waktunya
habis.
Saat
memeriksa balkon, ada bekas kain yang disambung - sambung untuk kabur oleh Joon
Jae.
Terjadilah
kejar – kejaran diantara mereka. Joon Jae terus menggenggam tangan Shim Chung
ketika pengejaran itu, Shim Chung sendiri tampak tak kelelahan dan menikmati
pelarian ini. Dia tersenyum menyaksikan laut biru yang indah.
Dan
ketika sampai ke gang kecil, mereka berdua hampir tertangkap oleh gerombolan
tersebut. Tapi dengan entengnya Shim Chung mengibasnya dan orang itu pun langsung
terpental jauh dibuatnya.
Mereka
berdua menemukan sepeda dan Joon Jae langsung mengajaknya berboncengan.
Keduanya tampak seperti tidak dalam pengejaran, Shim Chung terus tersenyum,
melambaikan tangan pada orang dijalan tanpa beban.
Ia
juga sempat memetik bunga kemudian menyisipkannya ke saku Joon Jae.
Gerombolan
itu juga berhasil menemukan sepeda dan langsung mengejar Joon Jae. Tapi dengan
sekali dorongan ringan Shin Chung, mereka langsung terbanting dari sepedanya.
“Sumimasen.”
Ucap Shim Chung meminta maaf dalam bahasa jepang.
“Apa
kau tak apa – apa?” tanya Joon Jae. Dia sempat khawatir kalau gerombolan
tersebut berhasil mengejar mereka tapi nyatanya mereka kalah cepat. Yang jelas,
ini semua berkat dirinya sehingga mereka tak berhasil mengejar. Kalau pria
lain, pasti mereka sudah tertangkap.
Rupanya
dari tadi Joon Jae tak tahu kalau sebenarnya Shim Chung yang sudah
menyingkirkan orang – orang itu. Shim Chung dengan polos mengedipkan mata,
mengiyakan ucapan Joon Jae.
Mereka
berdua hampir terjatuh karena tiba – tiba menemui tangga diujung jalan. Reflek,
Shim Chung turun dan memegangi sepeda sehingga Joon Jae tak terjatuh. Joon Jae
pun langsung melanjutkan pelarian mereka dengan menuruni tangga namun beberapa
orang preman sudah menunggunya dibawah.
Ia
langsung menarik Shim Chung kepojokan dan menunggunya disana selama ia
berkelahi.
Joon
Jae sibuk untuk berkelahi dengan tiga preman yang menghadangnya. Tanpa
diketahuinya, dibelakang mereka juga ada gerombolan yang lebih banyak datang
kesana. Shim Chung pun langsung berlari menghampiri mereka dan hampir terbang
saat mengarahkan tendangan.
Dengan
kung fu yang ia pelajari semalam lewat film Bruce Lee, ia menendang mereka
dengan kencang sampai mereka melayang ke udara.
Lucunya,
disini Shim Chung berkelahi dengan penuh tenaga dan membuat lawannya tak bisa
berkutik. Joon Jae berkelahi dengan ala kadarnya dan cukup kesulitan untuk
mengalahkan ketiga orang itu.
Joon
Jae menunjukkan kepalan tangannya setelah berhasil mengalahkan preman dengan
bangga. Tanpa ia sadari, dibalkon banyak preman yang tersangkut setelah
ditendang oleh Shim Chung.
Bos
preman itu datang dan mengarahkan pistolnya pada Joon Jae. Joon Jae sigap
mengeluarkan korek api kemudian menyalakannya untuk hipnotis “Turunkan
pistolmu..”
Bos
itu perlahan menurunkan pistolnya tapi dia cuma bersandiwara, apa kau mau mati?
Joon Jae sudah menduga kalau bos tetaplah bos, mentalnya juga kuat rupanya. Bos
itu berkata kalau seandainya dia menembak Joon Jae disini, polisi Eropa akan
datang dan membuat situasi menjadi rumit.
“Aku
tak suka kalau situasi tambah rumit. Aku ingin sewajarnya saja.” Ucap Joon Jae
patuh.
Mereka
membawa Joon Jae menuju ke mobil dan membawanya pergi. Shim Chung kebingungan dan
berusaha mengejarnya tapi Joon Jae membuat isyarat supaya dia tak mengejarnya
lagi.
Tapi
Shim Chung tampak sangat kehilangan.
Untungnya
Shim Chung tidak mendengarkan perintah Joon Jae dan mengejarnya menggunakan
sepeda. Preman itu terkejut dengan kecepatan sepeda Shim Chung yang bisa
mensejajari mobil mereka.
Joon
Jae menggunakan kelengahan mereka sehingga ia bisa melepaskan ikatan tangannya.
Shim
Chung menghadang mereka dan bos memerintahkan anak buahnya untuk menabraknya
saja. Tapi Joon Jae langsung bertindak, ia mengambil alih stir mobil dan
membelokkan arahnya hingga menabrak telfon umum.
Ia
langsung menerobos keluar dari mobil sambil membawa pistol yang berhasil ia
dapatkan dari mereka. Joon Jae melompat ke arah boncengan sepeda Shim Chung dan
kabur meninggalkan mereka yang mengejarnya dengan berlari.
Dia
kemudian mengajak Shim Chung untuk berhenti disebuah taman labirin. Dia
membanggakan dirinya sendiri, kalau nanti ada preman tadi maka berbelok lah dan
berlari apapun yang terjadi. Biar dia yang menghadapinya.
Tak
lama setelah itu, Shim Chung melihat gerombolan preman yang berada dibelakang
mereka. Ia pun mengikuti ucapan Joon Jae untuk berbelok dan berlari apapun yang
terjadi. Ia belari ke arah mereka dan menerjangnya.
Joon
Jae tak tahu kalau dia cuma sendirian, ia masih terus ngoceh tentang dirinya
sendiri. Dia bisa bertarung berbagai macam cara, menendang dari kiri dan
kanan.. tapi saat menoleh ia baru sadar kalau Shim Chung menghilang.
Setelah
beberapa saat berlalu, akhirnya ia bisa menemukan Shim Chung sendirian dengan
rambut penuh dedaunan. Shim Chung meraih tangannya dan membimbing Joon Jae
keluar dari taman labirin.
“Bagus.”
Ucap Joon Jae memuji Shim Chung yang berhasil membawanya keluar dari labirin.
Ia kemudian membersihkan rambut Shim Chung yang penuh dengan dedaunan.
Mengambilnya satu persatu.
“Ayo..”
Joon Jae kembali menggenggam tangan Shim Chung.
Sesampainya
di keramaian, Shim Chung penasaran dan ikut nimbrung anak – anak mengantri es
krim. Joon Jae memperhatikannya dari kejauhan sambil tersenyum. Penjual pun
melayaninya dan memberikan satu cup es krim dan meminta bayaran lima euro.
Shim
Chung yang tak tahu apa – apa pun ngeloyor pergi begitu saja. Penjual
menahannya untuk meminta bayaran dengan kasar.
Joon
Jae tak terima, bagaimana bisa dia begitu? Ia langsung melepaskan tangan si
penjual dan berniat membayar 5 euro dengan percaya diri. Tapi celakanya saat ia
merogoh saku, uangnya tak ada sampai segitu.
“Bisa
tukar es krimnya dengan ukuran kecil?” tanya Joon Jae berubah ramah. Maaf,
ucapnya sambil mengajak Shim Chung pergi. Penjual ngedumel terus sampai mereka
pergi, menyusahkan saja!
Saat
Shim Chung menikmati waktunya makan es krim, Joon Jae menghubungi seorang
temannya disana untuk meminta bantuan karena kartu kreditnya tak bisa
digunakan.
Keduanya
pun pergi ke sebuah gereja tepi pantai dimana teman Joon Jae berada (Cameo Ahn
Jae Hong). Dia memperkenalkan Joon Jae sebagai seorang pastur yang menjadi
relawan untuk penyelamatan gajah.
Semua
orang kagum karena menjadi relawan adalah sebuah tugas sulit.
“Karena
Tuhan telah memberiku pekerjaan, aku melayani dengan hati penuh syukur.” Ujar Joon
Jae bijak.
Ia
kemudian memperkenalkan Shim Chung sebagai istrinya. Istrinya baru mengalami
kecelakaan beberapa tahun lalu dan kesehatannya belum pulih. Dia syok, dia
terkena aphasia dan tidak bisa bicara.
Joon
Jae bersandiwara dengan wajah memelasnya “Kapan aku bisa mendengar suara
istriku?”
Tanpa
jeda, tiba – tiba Shim Chung bicara “Halo. Senang bertemu denganmu. Cuacanya
cukup panas juga, ya.”
Sontak
suasana jadi canggung, mereka semua melongo heran.
Joon
Jae membawa Shim Chung keluar untuk menanyakan apa yang terjadi. Apa lidahnya
baru saja mendapatkan mukjizat?
“Bukankah
kau bilang kau ingin mendengar suaraku.” Ucapnya malu. Kemudian ia menanyakan
makna kata “istri”. Apa itu?
“Bukan
apa-apa. Itu artinya teman. Teman. Tapi apa - apaan kau ini? Kau bisa berbicara
selama ini tapi kenapa baru sekarang?”
Shim
Chung mengaku kalau ia belajar dari kotak yang diberikan oleh Joon Jae kemarin.
Rupanya dia kemarin juga mendengarkan video yang mempelajari bahasa korea dan
dia menyerapnya semua ajaran itu.
Ia
kemudian menatap ke kedua bola mata Joon Jae. Joon Jae keheranan, apa yang
sedang kau lihat?
“Tinta
dalam bola matamu... bersinar.”
Narsis
dalam diri Joon Jae langsung muncul ke permukaan. Bola matanya.. iya.. dia tahu
kalau bola matanya memang cantik sejak dulu. Bahkan ibu sering kesulitan
membawanya keluar karena orang – orang selalu ingin menyentuh atau memeluknya.
Tapi
kata – kata yang digunakan Shim Chung salah. Bukan bola mata tapi mata.. bukan
tinta tapi “pupil”.
Oh
ya ampun, ternyata teman Joon Jae, “Pastur Thomas” itu juga sama – sama seorang
penipu dari Mensa Club. Dia senang bisa membantunya tapi semua itu tak gratis
dan ada harganya.
“Apa
yang kau inginkan?”
Jadi
Thomas ini akan melakukan penipuan pada jemaah gereja, akan ada seorang
perempuan yang mengaku mendapatkan keuntungan dari Trader David Mcdouglas
setelah bekerja sama dengannya. Lalu orang – orang akan bertanya tentang
Pedagang David itu, sudah ada penipu yang akan mengaku sebagai David Mcdouglas.
“Jadi?
Kau mau aku berbuat apa?” tanya Joon Jae.
Tugas
Joon Jae adalah menyanyikan sebuah lagu yang bisa menghilangkan kerasionalan
seseorang dan menyentuh perasaan.
Akhirnya
Joon Jae pun menyanyikan lagu dengan gitar seperti yang telah di instruksikan
dan membuat semua orang tersentuh akan penampilannya.
Malam
harinya, Pastur menunjukkan sebuah kamar untuk tempat mereka bermalam. Shim
Chung mengaku kalau dirinya kehausan dan Joon Jae pun menunjukkan sebuah
dispenser yang terletak tak jauh dari mereka.
Pastur
ikut senang karena istrinya mulai bisa berkomunikasi dengan dunia kembali. Joon
Jae mengiyakan minta didoakan agar istrinya bisa segera pulih, kemudian menoleh
ke arah Shim Chung tapi ternyata Shim Chung sedang meminum air galon langsung
dari botol galonnya.
“Aku
tadi minta istriku didoakan tapi sepertinya dia sudah sehat.” Ucapnya.
Keduanya
rebahan di kamar dengan ranjang yang berbeda. Tiba – tiba Shim Chung bertanya
makna dari “cinta” dari lagu yang Joon Jae bawakan. Joon Jae menyebut cinta
sebagai sesuatu yang berbahaya.
Shim
Chung turun dari ranjangnya dengan penasaran, kenapa?
“Itu
artinya kau menyerah. Itu adalah sebuah kekalahan.” Sebut Joon Jae.
Seandainya
seseorang jatuh cinta.. dia akan mempercayai kata – kata orang yang
dicintainya. Itu sangat berbahaya “Jadi menurutmu apakah kau boleh mengatakan
cinta pada seseorang?”
“Aku
mencintaimu.” Ungkap Shim Chung enteng.
Ucapannya
membuat Joon Jae tertegun sesaat sebelum akhirnya berteriak, memperingatkan
supaya tak mengatakan itu.
“Aku
lapar..” keluh Shim Chung kemudian.
Sambil
menemani Shim Chung makan mie, Joon Jae berfikir kalau dia pasti mengalami amnesia. Ia
memintanya untuk menatap matanya. Dia menggunakan hipnotisnya dan meminta Shim
Chung memikirkan tentang orangtuanya lalu menyalakan korek api didepan
wajahnya.
Tapi
Shim Chung malah tanya, orang tua itu apa?
Orangtua
adalah ayah dan ibu yang melahirkan Shim Chung. Shim Chung pikir ia tak
memilikinya. Yah.. Joon Jae membenarkan bahwa tak semua orang memiliki
orangtua.
“Apa
kau punya orang tua?”
Joon
Jae mempunyai ayah tapi ia sudah tak menganggapnya. Ia berharap memiliki ibu,
itulah yang membuatnya ingin pergi.
“Kemana?”
“Akhir
dunia.”
Joon
Jae kemudian tanya nama Shim Chung. Shim Chung mengaku kalau dirinya tidak
memiliki nama. Hmmm.. Joon Jae menganggapnya memiliki banyak keanehan.
“Jika
aku tak aneh dan punya nama. Aku bisa bersamamu sepanjang waktu?” tanya Shim Chung.
Bukan
begitu maksud Joon Jae, menurutnya Shim Chung tak begitu aneh tapi dirinyalah
yang lebih aneh. Tapi bagi Shim Chung, dia orang baik.
“Tau
apa kau orang macam apa aku ini?”
Tangan..
sepanjang waktu Joon Jae menggenggam tangannya meskipun sebenarnya ia bisa
meninggalkannya kapanpun “kau itu orang yang baik.” Ucapnya.
Joon
Jae terdiam beberapa saat mendengar ucapan Shim Chung yang terdengar begitu
tulus.
Semakin
larut, namun Joon Jae belum bisa tidur juga. Ia masih memikirkan ucapan Shim Chung
barusan. Ia menghampiri Shim Chun yang tertidur pulas kemudian memasangkan
kembali gelang giok yang sempat ia ambil darinya.
“Aku
sudah banyak mengambil milik orang lain dan melarikan diri berkali-kali. tapi ini pertama kalinya aku akan
mengembalikan apa yang telah kuambil. Baiklah. Kita akan pergi bersama.”
Bos
Preman melihat peta kemudian berkata “Hercules”.
Digereja,
Thomas memberikan ponsel dan uang untuk Joon Jae. Thomas kemudian PDKT dengan
Shim Chung, dia adalah tipe idealnya. Ia akan menemuinya kalau pergi ke Seoul.
“Apa
itu Seoul?”
Joon
Jae dan Thomas tertawa karena mengira itu hanya candaan. Ia kemudian meminta
nomor telfon Shim Chung tapi Joon Jae melarang dan mengajaknya untuk pergi.
Setelah
pergi, Pastur menghampiri Thomas sambil mengucapkan terimakasih. Dia mengatakan
bahwa Joon Jae yang telah memberikan uang tersebut untuk sumbangan sekolah.
Sepertinya itu adalah keuntungan dari menipu semalam dan Joon Jae memberikan Pastur.
Thomas
mewek dibuatnya karena uang hasil jerih payahnya menipu hangus “Jadi aku serius
tidak bisa membunuh seorang musuh?”
Dalam
perjalanan, Joon Jae menghubungi seseorang dan berbicara mengenai Thomas sambil
menyinggung tentang Seoul.
“Kenapa
semua orang bicara ingin bertemu di Seoul? Dimana Seoul?”
Seoul
adalah tempatnya tinggal. Ia akan kembali ke sana dalam waktu dekat. Mendengar
kata tempat tinggal membuat Shim Chung menatap ke arah laut kemudian memejamkan
matanya.
Joon
Jae pergi ke mercusuar hercules, tempat yang ia sebut sebagai akhir dunia. Shim
Chung tak mengerti kenapa tempat ini disebut sebagai akhir dunia padalah lautan
bermula dari sini.
Joon Jae teringat
akan masa kecilnya dimana ia pergi ke tempat ini bersama ibunya. Ibunya
menceritakan sebuah legenda tentang Ibu Hercules yang ingin menemui putranya
tapi ia terasing ditempat ini. Warga yang merasa prihatian akhirnya membangun
mercusuar dengan harapan agar hercules bisa mendatangi Ibunya dengan mengikuti
pancaran cahaya mercusuar.
“Jadi? Apa
Hercules berhasil menebukan ibunya?” tanya Joon Jae kecil.
Ibu tak bisa
menjawab tapi katanya seseorang akan bertemu lagi jika mereka berpisah disini
karena disini adalah akhir dunia. Meskipun disebut akhir dunia, tapi tempat ini
adalah sebuah awal dari dunia lain.
Joon
Jae menunjukkan namanya yang terukir pada batu, nama yang ia ukir sendiri
disana. Sebuah kehormatan bagi Shim Chung karena tak banyak orang tahu kalau
namanya adalah Heo Joon Jae.
“Jadi
jika orang berpisah di tempat ini, mereka bisa bertemu lagi?”
Joon
Jae pikir semua itu hanya kebohongan, selama ini dia belum juga bertemu dengan
ibunya.
Kembali ke masa
lalu, Joon Jae kecil menangis setelah kehilangan ibunya. Seorang dengan setelah jas mengajaknya untuk
pergi meninggalkan tempat itu. Ibunya meninggalkannya tanpa mengucapkan
perpisahan, itulah kenapa ia membenci seseorang yang pergi tanpa mengatakan
apapun.
Shim
Chung melihat ada tulisan Heo Joon Jae batu tersebut. Joon Jae memeriksanya, ia
tersenyum rupanya ibu telah meninggalkan salam perpisahan untuknya. Dia menulis
“Heo Joon Jae, aku mencintaimu.”
“Berarti
dia kalah? Dia menyerah?” tanya Shim Chun polos.
Joon
Jae tertawa mengiyakan. Dia kalah dan telah menyerah.
Ketika
mereka berniat pergi, gerombolan preman sudah menunggu mereka. Joon Jae
mengeluarkan pistolnya tapi ternyata mereka semua malah membawa senapan. Tak
ada pilihan lain, ia pun mengajak Shim Chung kabur.
Terjadi
kejar – kejaran kembali sampai mereka terpojok dibibir karang. Ia pun
memutuskan untuk menyerah dan menjatuhkan pistolnya. Ia mau bicara tapi
paling tidak biarkan perempuan yang bersamanya pergi lebih dulu. Dia tak tahu
apa – apa.
Kalau
memang tak ada hubungan, kenapa mereka berdua selalu bersama?
Joon
Jae menunjukkan gelang yang digunakan oleh Shim Chung. Gelang itu ia curi
sehingga Shim Chung terus menempel padanya. Ia menyuruhnya pergi, “Pergi sana,
sudah kukembalikan kan?”
Tapi
Shim Chung menolak “Aku kan istrimu.”
Bos
merasa dibodohi dan berniat menembaknya. Joon Jae masih terus mengelak dan
memilih untuk menyerah ketimbang harus terjun ke air. Dia takut ketinggian.
Shim Chung mengajaknya untuk terjun, kalau kena tembak malah akan mati seperti
lumba – lumba.
Shim
Chung melihat Bos sudah bersiap menembak.
Ia
pun menarik Joon Jae untuk terjun meskipun Joon Jae ketakutan. Didalam air, ia
pun kembali menjadi puteri duyung. Ia berenang menghampiri Joon Jae. Joon Jae
membuka matanya dan melihat ekor ikan yang dimiliki Shim Chung, ia teringat
akan ucapan Shim Chung, seandainya dia tak aneh dan memiliki nama, apakah ia
bisa terus tinggal bersama Joon Jae?
Ia
pun sadar akan makna ucapannya kemarin dan tepat ketika itu pula, Shim Chung
menciumnya.
Epilog:
Shi Ah tengah berada dilaboratorium untuk memeriksa artifak yang ditemukan didalam laut. Ia terkejut saat menemukan adanya lukisan di vas yang tertutupi lumpur, lukisan seorang Puteri Duyung yang mencium seorang pria.
tunggu kelanjutannya yaaa....
good :)
BalasHapusveryyy goood :)
BalasHapus