Politik – Baik atau Buruk?
sumber : http://bettermenejer.blogspot.co.id/2014/08/cara-berpolitik.html
Untuk berpolitik, menurut Oxford English Dictionary, anda bisa menjadi cerdik, berhati-hati, bijaksana atau licik. Jadi perilaku politik di dalam suatu organissai itu bisa di inginkan ataupun tidak di inginkan.
Organisasi-organisasi itu terdiri dan individu-individu yang, meski mereka ada di sana untuk mencapai suatu tujuan umum, tapi akan, pada saat yang sama, di dorong oleh kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri untuk mencapai target-target mereka.
Manajemen efektivitas adalah proses untuk menyelaraskan usaha dan ambisi individual dengan kebaikan umum. Sebagian individu akan benar-benar percaya bahwa menggunakan sarana-sarana politik untuk mencapai target-target mereka itu akan memberikan manfaat bagi organisasi, juga bagi diri mereka sendiri.
Sedangkan yang lain akan merasionalkan kepercayaan ini. Dan sebagian lain tidak akan merasa malu untuk mengejar kepentingankepentingan mereka sendiri. Mereka biasanya menggunakan semua kekuatan persuasi mereka untuk mengesahkan kepentingan-kepentingan ini ke rekan-rekan mereka, tapi kepentingan pribadi akan tetap menjadi pendorong utama. Ini adalah politisi-politisi corporate yang di gambarkan Oxford English Dictionary sebagai ‘penyusun siasat, perancang skenario atau intrik- intrik.’
Politisi-politisi di dalam organisasi bisa menjadi seperti itu. Mereka bergerak di belakang punggung orang-orang, memblokir proposal-proposal yang tidak mereka sukai. Mereka mengembangkan karir dan reputasi mereka sendiri dengan cara mengorbankan orang lain. Mereka bisa menjadi iri dan dengki dan bertindak menurut itu. Mereka adalah berita-berita buruk.
Tapi juga bisa di perdebatkan bahwa suatu pendekatan politis terhadap manajemen itu adalah sesuatu yang tidak bisa di hindari bahkan di inginkan, di dalam setiap organisasi, dimana kejelasan target-target itu tidak absolut, dimana proses pengambilan keputusan itu tidak benar-benar jelas, dan dimana kewenangan untuk membuat keputusan itu tidak merata atau tidak di distribusikan dengan adil. Dan bisa terdapat sedikit organisasi dimana satu atau beberapa dari kondisi tersebut tidak berlaku.
Andrew Kakabadse mengakui poin ini saat dia mengatakan dalam The Politics of Management: ‘Politik adalah sebuah proses untuk mempengaruhi orang-orang dan kelompok agar meyetujui sudut pandang anda, dimana anda tidak bisa bergantung pada kewenangan.’ Dalam pemahaman ini, suatu pendekatan politis bisa menjadi sah selama itu dilakukan dengan cara yang dapat di pertanggung-jawabkan dari sudut pandang organisasi.
Pendekatan-pendekatan Berpolitik
Kakabadse mengidentifikasi 7 pendekatan yang di gunakan para politisi organisasional:
- Mengidentifikasi para pemegang saham, mereka yang memiliki komitmen untuk bertindak di dalam suatu cara tertentu.
- Mempertahankan para pemegang saham agar tetap bisa di kontrol, mengkonsentrasikan pada perilaku, nilai-nilai, sikap, rasa takut dan dorongan yang akan di terima, di tolerir dan di laksanakan oleh individu- individu (zona-zona nyaman).
- Menyesuaikan image – bekerja pada zona-zona nyaman dan menyesuaikan image mereka dengan orang-orang yang memiliki kekuasaan.
- Menggunakan network – mengidentifikasi kepentingan kelompok dan orang-orang berpengaruh.
- Memasuki network – mengidentifikasi penjaga pintu, mematuhi norma- norma.
- Membuat deal-deal – setuju untuk mendukung orang lain jika ini sama-sama menguntungkan.
- Menahan dan mundur – menahan informasi jika layak dan mundur dengan bijak saat hal-hal menjadi kasar.
Sebagian dari aturan ini lebih sah dibanding yang lain. Kehidupan organisasional itu mengharuskan para menejer untuk mengidentifikasi para pembuat keputusan kunci saat mereka terlibat di dalam mengembangkan pendekatan- pendekatan baru dan menyelesaikan hal-hal.
Sebelum sampai pada suatu kesimpulan final dan meluncurkan suatu proposal pada suatu komite atau di dalam sebuah memorandum, akan masuk akal untuk lebih dulu menguji opini dan mencari tahu bagaimana orang lain akan bereaksi.
Pengujian ini akan membuat para menejer bisa mengantisipasi argumen-argumen balasan dan memodifikasi proposal mereka, entah untuk memenuhi keberatan-keberatan yang sah atau, saat tidak ada alternatif, untuk mengakomodasi persyaratan-persyaratan dari orang lain.
Membuat deal-deal mungkin tampak tidak sangat di inginkan, tapi itu memang terjadi, dan para menejer bisa selalu merasionalkan perilaku jenis ini dengan mengacu pada hasil akhir. Menahan informasi itu bukanlah perilaku yang sah, tapi orang-orang memang sering melakukannya karena mengetahui fakta bahwa pengetahuan itu adalah kekuasaan.
Mundur secara bijak juga mungkin tampak di pertanyakan, tapi para menejer umumnya lebih suka tetap hidup untuk berjuang di lain hari di banding melakukan aksi bunuh diri.
Sensitivitas Politik
Politisi-politisi organisasional memanfaatkan pengaruh tersembunyi untuk mendapatkan keinginannya, dan ‘politisasi’ dalam beberapa bentuk mengambil tempat di sebagian besar organisasi. Jika anda ingin meningkat, maka suatu tingkat sensitivitas politik itu di perlukan – mengetahui apa yang terjadi sehingga pengaruh bisa di gunakan. Ini berarti:
- Mengetahui bagaimana ‘hal-hal di lakukan di sekitar sini.’
- Mengetahui bagaimana keputusan-keputusan itu di buat, termasuk faktor-faktor yang kurang jelas yang kemungkinan memperngaruhi keputusan-keputusan.
- Mengetahui dimana basis kekuasaan itu berada di dalam pengorganisiran – siapa yang menjalankannya; siapa saja orang-orang yang di perhitungkan saat keputusan-keputusan di ambil.
- Menjadi sadar akan apa yang terjadi di balik layar.
- Mengetahui siapa yang sedang menjadi bintang yang menanjak; siapa yang reputasinya memudar.
- Mengidentifikasi ‘agenda-agenda tersembunyi’ – mencoba untuk me -mahami apa yang sedang dilakukan orang-orang, dan kenapa.
- Mencari tahu apa yang orang lain pikirkan dan cari.
- Networking – seperti yang di sarankan Kakabadse, mengidentifikasi kelompok-kelompok kepentingan.
Bahaya-bahaya
Akan tetapi, bahaya dari politik, adalah bahwa itu bisa dilakukan secara berlebihan, dan kemudian bisa sangat membahayakan efektivitas dari suatu organisasi. Tanda-tanda dari kegemaran berperilaku politik yang ber lebihan itu antara lain:
- Menikam dari belakang.
- Saling menjatuhkan.
- Meeting-meeting rahasia dan keputusan-keputusan tersembunyi.
- Perseteruan antar orang-orang dan departemen.
- Perang kertas antar camp-camp bersenjata – berdebat melalui memorandum, selalu menunjukkan suatu tanda ketidak-percayaan.
- Saling melontarkan kritikan dan komentar yang menghina.
- Lobby-lobby yang berlebihan dan kontra-produktif.
- Pembentukan komplotan-komplotan – kelompok-kelompok kecil yang menghabiskan waktu mereka untuk melakukan tipu daya.
Berhadapan dengan Politisi-politisi Organisasional
Salah satu cara untuk berhadapan dengan perilaku jenis ini adalah mencari tahu siapa yang melakukkannya dan secara terbuka mengkonfrontasi mereka atas kerusakan yang mereka lakukan.
Mereka akan, tentu, mengingkari bahwa mereka berperilaku secara politik (mereka tidak akan menjad politisi jika tidak melakukannya) tapi fakta bahwa mereka telah di identifikasi mungkin akan mengarahkan mereka untuk mengubah pendekatan mereka.
Itu bisa, tentu, hanya berfungsi untuk mengarahkan mereka lebih jauh ke bawah tanah, dalam kasus ini, perilaku mereka akan harus diamati dengan lebih dekat lagi dan aksi-aksi perbaikan harus di ambil jika di perlukan.
Suatu pendekatan yang lebih positif untuk menjaga politik-politik agar beroperasi pada level yang bisa di terima adalah dengan mengorganisir penanganan operasi-operasi nya seterbuka mungkin. Sasaran-sasaran seharusnya adalah untuk memastikan bahwa isu-isu itu di diskusikan secara penuh, bahwa perbedaan-perbedaan opini itu di hadapi dengan benar dan ketidak-sepakatan itu tidak ditanggapi secara personal, sejauh ini memungkinkan.
Proses-proses politik kemudian bisa di pandang sebagai suatu cara untuk mempertahankan momentum dari pengorganisiran sebagai suatu entitas pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang kompleks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar